Showing posts with label Penyakit Ikan Hias. Show all posts
Showing posts with label Penyakit Ikan Hias. Show all posts

Thursday, September 27, 2012

Bintik Putih ( White Spot )


White spot atau dikenal juga sebagai penyakit "ich" merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit.  Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan.  Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan.  Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip.
Inang white spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam akuarium  memegang peranan penting terhadap berjangkitnya  penyakit tersebut.

Tanda-tanda Penyakit
Siklus hidup  white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tesebut  secara umum dapat dibagi dua yaitu  tahapan infektif dan tahapan tidak infektif (sebagai "mahluk" yang hidup bebas di dalam air atau dikenal sebagai fase berenang) (lihat gambar).  Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan sisklus infektif.  Ujud dari "white spot" pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit, insang atau rongga mulut.  Oleh karena itu,  julukan white spot sebagai ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina.  Meskipun demikian  parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam lainnya.

Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut.  Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan.  Pada awal perkembangannya bintik tersebut  tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali.  Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama.
Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam akuarium sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka.    Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan,  akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder.  Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat.   

Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis.  Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar ( mungkin sebagai akibat  terjadinya iritasi pada sirip tersebut).  pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan  tampak lesu, atau terapung di permukaan.  Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas. sirip tampak robek-robek dan compang-camping.  Insang juga tampak memucat.    Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan menglami stres osmotik dan stres pernapasan.  Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak.  Apabila ini terjadi peluang  ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil.

Penyebab.
White spot disebabkan oleh parasit yang diberi nama: Ichtyophtirius multifilis.  Parasit ini diketahui terdiri dari beberapa strain.  Ichtyophtirius multifilis memiliki selang toleransi suhu lebar, oleh karena itu,  penyakit white spot dapat dijumpai baik pada ikan-ikan yang hidup di air dingin maupun yang hidup di daerah tropis.  
White spot dapat masuk kedalam sistem akuarium melalui ikan yang terjangkit, atau melalui air yang mengandung parasit pada fase berenang.  Tanaman air dan pakan hidup dapat pula menjadi perantara white spot  terutama apabila lingkungan hidup tanaman dan pakan hidup tersebut telah terjangkit white spot sebelumnya.
Air ledeng berkualitas baik jarang menjadi media penyebaran white spot. Diketahui bahwa fase berenang  white spot hanya dapat bertahan hidup selama beberapa jam saja sebelum harus menempel pada inangnya.  Oleh karena itu, biasanya mereka akan mati selama proses pengolahan air.

Pencegahan dan Perawatan
Tindakan karantina terhadap penghuni akuarium baru merupakan tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan dalam menghindari berjangkitnya white spot.  Pada dasarnya white spot termasuk mudah dihilangkan apabila diketahui secara dini.  Berbagai produk anti white spot banyak dijumpai di toko-toko akuarium.  Produk ini biasanya terdiri dari senyawa-senyawa  kimia seperti metil biru, malachite green, dan atau formalin.   Meskipun demikian, ketiga senyawa itu tidak akan mampu menghancurkan fase infektif yang hidup di dalam tubuh kulit ikan.  Oleh karena itu, pemberian bahan  ini harus dilakukan berulang-ulang untuk menghilangkan  white spot secara menyeluruh dari akurium.

Perlu diperhatikan  bahwa spesies ikan tertentu, khususnya yang tidak bersisik diketahui sangat tidak toleran terhadap produk-produk anti white spot, oleh karena itu, perhatikan cara pemberian obat-obatan tersebut pada kemasannya dengan baik 
Perlakuan perendaman dengan garam dalam jangka panjang (selama 7 hari pada dosis 2ppt(part per thousand)) diketahui dapat menghilangkan white spot .  Perlakuan ini hanya dapat dilakukan pada ikan-ikan yang tahan terhadap garam.
Akuarium sendiri dapat dibersihkan dari white spot dengan cara memindahkan selurah ikan dari akuarium tersebut.  Pada lingkungan tanpa ikan sebagai inang, fase berenang dari whte spot akan mati dengan sendirinya.  Pada akuarium dengan suhu diatas 21°C, akuarium akan terbebas dari white spot setelah dibiarkan selama 4 hari.  Akan lebih aman lagi apabila akuarium tersebut dibiarkan selama 7 hari.   Semua peralatan akuarium juga akan terbebas dari white spot setelah dibiarkan selama 7 hari. 

Radiasi dengan sinar ultra violet dapat pula membantu mengurangi populasi white spot.
Ikan yang lolos dari serangan white spot diketahui akan memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut.  Kekebalan ini dapat bertahan selama beberapa minggu atau beberapa bulan.  Meskipun demikian ketahanan ini dapat menurun apabila ikan yang bersangkutan mengalami stres atau terjangkit penyakit lain.  Pada suatu serangan white spot sering dijumpai ada ikan dari jenis yang sama tidak terjangkit oleh white spot tersebut sama sekali.  Hal ini merupakan salah satu petunjuk adanya fungsi kekebalan tadi. 
Setiap jenis ikan memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap white spot. Dari sekian banyak spesies yang ada Botia macracantha merupakan salah satu spesies yang sangat rentan terhadap white spot.

  • Penyebab : Protozoa Ichthyophtirius multifilis yang ganas.
  • Gejala : Seluruh atau sebagian tubuk ikan mas koki tampak dihiasi bintik kecil berwarna putih. Pada infeksi berat, akan kelihatan gejala selaput putih. Ikan merasa gatal dan sering menggosok-gosokan badannya serta berenang kepermukaan dengan sangat lemah.
  • Penanggulangan : Dibuatkan larutan Methylene Blue 1 % ( 1 gram dalam 100 cc air ) kemudian campuran ini diambil 2-4 cc dicampur dengan 4 liter air dan ikan mas koki yang tererang penyakit kemudian direndam didalamnya selama 24 jam. Lakuka pengobatan ulangan sampai ikan sembuh.



Mata Berkabut (Cloudy Eye)

Mata berkabut atau "cloudy eye" ditandai dengan memutihnya selaput mata ikan.  Permukaan luar mata tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih.
Secara umum gejala ini disebabkan oleh kondisi kualitas air yang memburuk, terutama sebagai akibat meningkatnya kadar amonia dalam air.  Apabila gejala mata berkabut terjadi, makah hal yang harus dicurigai terlebih dahulu adalah kondisi air.  Koreksi parameter air hingga sesuai dengan  keperluan ikan yang bersangkutan.  Apabila gejala ini terjadi, sedangkan parameter air dalam keadaan normal, maka terdapat kemungkinan gejala tersebut disebabkan oleh hal lain. 
Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya mata berkabut adalah:
  • Infeksi sekunder, menyusul terjadinya kerusakan fisik pada mata.
  • Produksi lendir berlebihan, biasanya sebagai akibat reaksi terhadap infestasi protozoa parasit (penyakit selaput lendir kulit); kualitas air yang memburuk (amonia, nitrit, dan nitrat); nilai pH yang tidak sesuai; keracunan (klor/kloramin); atau akibat pemberian perilakuan pengobatan yang tidak sesuai.
  • Diplostomum (fluke pada mata).  Dalam kasus ini bagian mata yang memutih adalah lensanya, bukan permukaan luar mata.
  • Infeksti bakteri eksternal
  • Kekurangan vitamin, khususnya vitamin A, B, dan C. 
Gejala mata berkabut bisa juga disertai dengan Exophtahlmia  (Pop Eye/Mata menonjol), malaise, atau iritasi.
Perawatan dan pemulihan mata berkabut hendaknya mengacu pada penyebab yang menimbulkannya.  Oleh karena itu, carilah dan coba indentifikasi  dengan seksama kemungkinan penyebabnya sebelum melakukan tindakan pemulihan.

Kutu Air (Argulus)

Argulus atau kutu ikan merupakan parasit ikan dari golongan udang-udangan keluarga Branchira.  Parasit ini masuk ke dalam akuarium biasanya melalu pakan hidup.  Diketahui ada sekitar 30 spesies Argulus. Dua diantaranya, yang erat kaitannya dengan akuarium, adalah Argulus foliatus dan Argulus japonicus 

Sifat parasitik Argulus cenderung temporer.  Mereka mancari inangnya secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan atau bahkan meninggalkannya.  Argulus diketahui dapat berahan selama beberapa  hari diluar tubuh ikan.  
Argulus menempel pada ikan dengan menggunakan alat penghisap khusus.  Selanjutnya binatang ini akan menancapkan mulut jarumnya pada tubuh ikan untuk menyuntikan anti koagulan darah.  Baru kemudian parasit tersebut mengkonsumsi darah dari inangnya. 

Argulus biasanya kawin dalam air terbuka. Argulus betina dapat menghasilkan 100 butir telur atau lebih yang ditempelkannya pada permukaan benda padat.  Telur akan menetas dalam waktu 25 hari. Masing-masing telur pada umumnya menetas pada waktu yang berbeda.  Larva Argulus dengan ukuran 0.6 mm bersifat planktonik sebelum akhirnya menyerang ikan.  Larva ini akan berganti kulit selama 8 kali sebelum mencapai dewasa dengan ukuran 3 - 3.5 mm. Hal ini berlangsung dalam waktu 5 minggu.
Tingkat serangan Argulus sangat tergantung pada ukuran ikan dan jumlah individu parasit yang menyerang.  Meskipun demikian,  sering tidak menimbulkan ancaman kematian pada ikan yang bersangkutan.  Akan tetapi luka yang ditimbulkannya dapat  menjadi rentan fterhadap serangan jamur dan bakteri. 
Pada serangan yang sangat parah ikan dapat kehilangan banyak darah, atau juga mengalami stres osmotik akibat luka-luka yang menganga sehingga tidak tertutup kemungkinan pada serangan yang sangat parah dapat menyebabkan kematian.  Argulus diketahui dapat pula menjadi vektor penyakit lainnya

Tanda-tanda Serangan
Argulus melukai kulit dalam rangka mendapatkan darah korbannya sehingga sering menimbulkan memar merah pada bekas "gigitannya".  Selain dengan tanda ini, kehadiran parasit itu sendiri dapat mudah dilihat dengan mata telanjang berupa mahluk transparan berbentuk bulat mendatar dengan diameter 5 - 12 mm.  Sepasang bintik mata dapat dilihat dibagian kepalanya (Gambar 1).
Ikan yang terjangkit akan menjadi gelisah, meluncur kesana kemari, atau terkadang melompat keluar dari permukaan air; serta menggosokan badannya pada dasar akuarium atau dekorasi dan benda lainnya. Serangan yang parah bisa menyebabkan ikan manjadi malas , kehilangan nafsu makan, dan warna beruabah mejadi opak sebagai akibat produksi lendir yang berlebihan. 
Pencegahan dan Pengobatan

Senyawa organfosforus diketahui efektif dalam menghilangkan Argulus. Alternatif lain adalah dengan perendaman jangka pendek dalam luratan standar formalin (37-47 %) sebanyak 0.125 mg/liter air selama satu jam atau dalam larutan kalium permanganat dengan dosis 10 mg/liter selama 30 menit.  Lakukan aerasi selama proses perendaman dilakukan.
Apabila parasit hanya dijumpai dalam jumlah sedikit maka pengambilan secara fisik bisa dilakukan dengan menggunakan pincet. Luka yang ditinggalkan selanjutna dibubuhi antiseptik.  Cara ini akan efektif apabila kemudian ikan dipindahkan ake tempat lain yang bebas benih Argulus.  Karenat tidak tertutup kemungkinan akuarium tempak ikan tersebut semula telah tercemar olah benih  atau larva argulus.
Lakukan karantina pada pakan hidup yang diambil langsung dari alam untuk mencegah terjangkitnya akuarium oleh Argulus.   Begitu terhadap dekorasi berupa batu potongan kayu, atau tanaman yang diambil dari perairan bebas.

Jamur ( Saprolegniasis)

  • Penyebab : Jamur yang muncul keyika suhu dingin.
  • Gejala : Tubuh ikan tampak seperti diselimuti kapas. Bagian yang diserang biasanya kepala, tutup insang dan sirip.
  • Penanggulangan :  Ikan Mas Koki yang terserang penyakit direndam dalam larutan Malachite Green dengan dosis 3 gr/m3 air selama 20 menit.
Infeksi jamur pada ikan dalam akuarium biasanya disebabkan oleh  jamur dari genus Spaprolegnia dan Achyla.  Jamur biasanya  hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai akibat luka atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu  oleh kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisik maupun kimia.   Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi jamur. Pada saat ini,  dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah.
Beberapa jamur diketahui juga menyerang bagian dalam jaringan tubuh ikan.  Icththyophonus, misalnya diketahui sebagai jamur sistemik yang menyerang ikan.   Icththyophonus dapat menginfeksi bagian organ tubuh ikan dan menimbulkan gupalan (nodul) yang mirip seperti terjadi pada kasus TBC ikan.   Untuk serangan jamur sistemik ini belum tersedia obat yang dijual secara komersial.  Meskipun demikian, perendaman dengan Malachite Green diketahui dapat menyembuhkan serangan jamur sistemik.

Saprolegnia.
Saprolegnia merupakan genus jamur yang termasuk dalam kelas Oomycetes.  Dalam akuarium, jamur ini kerap dipakai sebagai nama umum untuk serangan jamur yang menyerupai kapas pada permukaan tubuh ikan.  Pada kenyataannya banyak genus dari Oomycetes yang dapat menyebabkan infeksi jamur pada ikan, diantaranya adalah Achyla.
Saprolegnia atau dikenal juga sebagai "water molds" dapat menyerang ikan dan juga telur ikan.  Mereka umum dijumpai pada air tawar maupun air payau.  Jamur ini dapat  tumbuh pada selang suhu 0 - 35 °C, dengan selang pertumbuhan optimal 15 - 30 °C.  Pada umumnya,  Saprolegnia akan menyerang bagian tubuh ikan yang terluka, dan selanjutnya dapat pula menyebar pada jaringan sehat lainnya.  Serangan Saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, atau kadar amonia tinggi, dan kadar bahan organik tinggi.  Kehadiran Saproglegnia sering pulang disertai dengan kahadiran infeksi bakteri Columnaris, atau parasit eksernal lainnya. 

Tanda-tanda penyakit
Kehadiran Saprolegnia biasanya ditandai dengan munculnya "benda" seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat, pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan.  Apabila anda sempat melihatnya di bawah mikroskop maka akan tampak jamur  ini seperti sebuah pohon yang bercabang-cabang.

Pencegahan dan Perawatan
Serangan Saprolegnia dapat dihindari dengan melakukan perawatan yang baik terhadap kondisi akuarium, terutama dengan  menjaga kualitas air selalu dalam kondisi optimal, hindari pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi untuk mencegah terjadinya luka, dan selalu menjaga ikan agar mendapat gizi yang memadai.  Apabila gejala serangan Saprolegnia ditemukan, segera lakukan evaluasi kualitas air akuarium anda dan lakukan koreksi yang diperlukan. Apabila kondisi serangan pada ikan parah, lakukan pengobatan. Selain dengan fungisida khusus ikan, perlakuan dengan PK, formalin dan povidone iodine dapat pula mengobati serangan Saprolegnia.

Lernaea ( Cacing Jangkar ) Part II


Hampir semua jenis ikan air tawar dapat terserang oleh Lernaea ( Cacing Jangkar ) ini, terutama pada musim pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang umumnya mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat adanya cacing jangkar yang menempel. Pencegahan terhadap serangan cacing jangkar dapat dilakukan dengan melakukan pengeringan kolam, menyaring air sebelum dialirkan ke kolam atau menggunakan bahan kimia untuk membasmi cacing jangkar pada stadium nauplius dan copepodid.

Upaya pengendalian terhadap serangan Lernaea ( Cacing Jangkar ) dewasa sulit dilakukan, karena cacing ini memiliki kulit khitin yang tahan terhadap pengaruh senyawa kimia. Penggunaan gunting cukup efektif untuk memberantas cacing jangkar dewasa. Guntinglah bagian tubuh cacing jangkar yang menempel pada tubuh ikan dan segera dimus­nahkan dengan cara mengubur atau membakarnya, sedangkan bagian kepalanya dibiarkan tinggal di dalam tubuh ikan. Untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder, ikan direndam dalam larutan tetrasiklin 250 mg per 500 liter air selama 2 – 3 jam. Proses perendaman ini dapat diulangi selama 3 hari berturut-turut.

Pengendalian cacing jangkar dengan senyawa kimia dapat juga dilakukan dengan merendam ikan yang terserang dalam larutan bro­mex 0,12 – 0,15 ppm. Caring jangkar pada stadium copepodid dapat dibunuh dengan merendam ikan yang terserang ke dalam larutan dipterex 0,25 ppm selama 4 – 6 jam. Perendaman dengan larutan NaCl dan PK cukup efektif, namun ka­rena dosisnya berada sedikit di bawah konsentrasi lethal bagi ikan, cara ini jarang digunakan.

Berikut ini beberapa cara untuk mengendalikan parasit Lernaea pada ikan yang terserang :
  • Pengendapan dan penyaringan air masuk
  • Pemusnahan ikan yang terinfeksi dan pengeringan dasar kolam yang diikuti dengan pengapuran agar tidak terjadi infeksi kepada ikan lain
  • Insektisida organofosfor seperti trichlorfon,untuk copepodid 8-9 hari pada suhu 27oC ditreatmen setiap 7 hari untuk menjaga reinfeksi sampai semua betina dewasa mati (dalam 30 hari pada 27oC). Trichlorfon 0,25 ppm membunuh stadia copepodid tetapi tidak untuk nauplius dan dewasa
  • Bromex 0,12-0,15 ppm membunuh nauplius dan copepodid
  • Malathion 0,01-12% 3 kali dalam 10 hari
  • Lindan  0,16 ppm seminggu sekali dalam 4 minggu dan treatmen terakhir 0,16 trichlorfon dalam 5 minggu
  • Dimilin 0,03 ppm bisa juga mengendalikan L. cyprinacea

Lernaea ( Cacing Jangkar ) Part I

Lernaea ( Cacing Jangkar )
  • Penyebab :  Parasit yang menmpel dan menusuk seperti jarum. Menembus tutup insang, badan, sirip dan mata.
  • Gejala : Terlihat ada luka di sekitar tempat yang diserang.
  • Penanggulangan : Pengobatan dilakukan dengan menggunakan Dipterex atau Sumition 50EC dengan dosis 1cc/M3air. Atau dengan merendam mas koki yang sakit selama 10 menit dalam larutan formalin dengan dosis 250 mg formalin : 100 liter air.perendaman di ulang tiga kali selama tiga hari. Untuk memberantas mata rantai penyakit, rendam juga akuarium dalam larutan Tetracyclin dengan dosis 250 mg Tetracyclin :  250 liter air sekurangnya 5 jam. Ulangi tiga kali dalam tiga hari.
 L. cyprinaceae adalah sejenis udang renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan cacing jangkar (anchorworm). Dengan perantaraan organ inilah cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan.

Selama hidupnya, cacing jangkar mengalami tiga kali perubahan tubuhnya, yaitu nauplius, copepodid dan bentuk dewasa. Lamanya satu siklus hidup tergantung dari temperatur lingkungan, di Indonesia, umumnya mencapai 21 – 25 hari.

Pada stadium copepodid, cacing jangkar ini hidup di sekeliling tubuh ikan dan menggigit kulit/lendir ikan. Pada stadium ini, cacing tersebut sangat peka terhadap beberapa jenis obat-obatan. Memasuki stadium dewasa, cacing ini cacing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stadium cyclopoid dan stadium dewasa. Selama stadium cyclopoid, lernea hidup di sekeliling tubuh ikan dan juga tidak tahan terhadap pengaruh obat-obatan. Cacing jangkar betina akan menusukkan ke­palanya ke jaringan kulit/daging ikan. Pada bagian yang ditusuk akan terlihat luka dan membengkak, namun karena ukurannya masih ter­lalu kecil, agak sulit untuk melihatnya dengan mata biasa. Individu dewasa sudah dapat dilihat dengan mata biasa. Bagian tubuhnya yang terdapat di luar tubuh ikan akan tampak membesar, karena mempunyai sepasang kantung telur. Jika telurnya menetas, maka nauplius akan berenang keluar dari dalam kantung untuk mencari ikan.

Penyakit dan Penanggulangan Pada Ikan Mas Koki

Penyakit bisa timbul akibat salah pemeliharaan pada ikan mas koki . Ikan mas Koki yang mati sebenarnya bukan karena lemah tetapi lebih banyak akibat kesalahan dalam perawatan terutama masalah air Misalnya , air yang tercemar amoniak , kurang oksigen, dan lama tidak diganti akan mengganggu kesehatan ikan. Pengaturan Air yang tepat diantaranya dengan penggunaan Filter akan membuat suasana akuarium bersih dan nyaman bagi ikan.

Pengamatan terhadap penyakit harus dilakukan setiap hari dengan menyelidiki adakah koki yang mengalami perubahan sikap. Bila ada, amati gejala yang tampak di permukaan tubuh ikan. Pada banyak, parasit dapat terlihat jelas, misalnya penyakit yang menempel pada bagian tubuh ikan seperti berlendir atau bahkan sisiknya berdiri dan badannya menjadi kasar.

Selanjutnya Insang  bias diperiksa. Insang pada ikan koki yang sakit bias mengkibatkan perubahan warna, membiru,hitam,atau bahkan menjadi pucat. Kadang-kadang tampak parasit ditubuhnya.

 Jenis jenis Penyakit yang biasa terjadi pada ikan hias mas koki:
  1. Lernaea ( Cacing Jangkar )
  2. Jamur ( Saprolegniasis)
  3. Kutu Air (Argulus)
  4. Mata Berkabut (Cloudy Eye)
  5. Bintik Putih ( White Spot )   

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Showing posts with label Penyakit Ikan Hias. Show all posts
Showing posts with label Penyakit Ikan Hias. Show all posts

Bintik Putih ( White Spot )


White spot atau dikenal juga sebagai penyakit "ich" merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit.  Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan.  Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan.  Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip.
Inang white spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam akuarium  memegang peranan penting terhadap berjangkitnya  penyakit tersebut.

Tanda-tanda Penyakit
Siklus hidup  white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tesebut  secara umum dapat dibagi dua yaitu  tahapan infektif dan tahapan tidak infektif (sebagai "mahluk" yang hidup bebas di dalam air atau dikenal sebagai fase berenang) (lihat gambar).  Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan sisklus infektif.  Ujud dari "white spot" pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit, insang atau rongga mulut.  Oleh karena itu,  julukan white spot sebagai ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina.  Meskipun demikian  parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam lainnya.

Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut.  Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan.  Pada awal perkembangannya bintik tersebut  tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali.  Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama.
Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam akuarium sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka.    Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan,  akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder.  Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat.   

Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis.  Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar ( mungkin sebagai akibat  terjadinya iritasi pada sirip tersebut).  pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan  tampak lesu, atau terapung di permukaan.  Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas. sirip tampak robek-robek dan compang-camping.  Insang juga tampak memucat.    Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan menglami stres osmotik dan stres pernapasan.  Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak.  Apabila ini terjadi peluang  ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil.

Penyebab.
White spot disebabkan oleh parasit yang diberi nama: Ichtyophtirius multifilis.  Parasit ini diketahui terdiri dari beberapa strain.  Ichtyophtirius multifilis memiliki selang toleransi suhu lebar, oleh karena itu,  penyakit white spot dapat dijumpai baik pada ikan-ikan yang hidup di air dingin maupun yang hidup di daerah tropis.  
White spot dapat masuk kedalam sistem akuarium melalui ikan yang terjangkit, atau melalui air yang mengandung parasit pada fase berenang.  Tanaman air dan pakan hidup dapat pula menjadi perantara white spot  terutama apabila lingkungan hidup tanaman dan pakan hidup tersebut telah terjangkit white spot sebelumnya.
Air ledeng berkualitas baik jarang menjadi media penyebaran white spot. Diketahui bahwa fase berenang  white spot hanya dapat bertahan hidup selama beberapa jam saja sebelum harus menempel pada inangnya.  Oleh karena itu, biasanya mereka akan mati selama proses pengolahan air.

Pencegahan dan Perawatan
Tindakan karantina terhadap penghuni akuarium baru merupakan tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan dalam menghindari berjangkitnya white spot.  Pada dasarnya white spot termasuk mudah dihilangkan apabila diketahui secara dini.  Berbagai produk anti white spot banyak dijumpai di toko-toko akuarium.  Produk ini biasanya terdiri dari senyawa-senyawa  kimia seperti metil biru, malachite green, dan atau formalin.   Meskipun demikian, ketiga senyawa itu tidak akan mampu menghancurkan fase infektif yang hidup di dalam tubuh kulit ikan.  Oleh karena itu, pemberian bahan  ini harus dilakukan berulang-ulang untuk menghilangkan  white spot secara menyeluruh dari akurium.

Perlu diperhatikan  bahwa spesies ikan tertentu, khususnya yang tidak bersisik diketahui sangat tidak toleran terhadap produk-produk anti white spot, oleh karena itu, perhatikan cara pemberian obat-obatan tersebut pada kemasannya dengan baik 
Perlakuan perendaman dengan garam dalam jangka panjang (selama 7 hari pada dosis 2ppt(part per thousand)) diketahui dapat menghilangkan white spot .  Perlakuan ini hanya dapat dilakukan pada ikan-ikan yang tahan terhadap garam.
Akuarium sendiri dapat dibersihkan dari white spot dengan cara memindahkan selurah ikan dari akuarium tersebut.  Pada lingkungan tanpa ikan sebagai inang, fase berenang dari whte spot akan mati dengan sendirinya.  Pada akuarium dengan suhu diatas 21°C, akuarium akan terbebas dari white spot setelah dibiarkan selama 4 hari.  Akan lebih aman lagi apabila akuarium tersebut dibiarkan selama 7 hari.   Semua peralatan akuarium juga akan terbebas dari white spot setelah dibiarkan selama 7 hari. 

Radiasi dengan sinar ultra violet dapat pula membantu mengurangi populasi white spot.
Ikan yang lolos dari serangan white spot diketahui akan memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut.  Kekebalan ini dapat bertahan selama beberapa minggu atau beberapa bulan.  Meskipun demikian ketahanan ini dapat menurun apabila ikan yang bersangkutan mengalami stres atau terjangkit penyakit lain.  Pada suatu serangan white spot sering dijumpai ada ikan dari jenis yang sama tidak terjangkit oleh white spot tersebut sama sekali.  Hal ini merupakan salah satu petunjuk adanya fungsi kekebalan tadi. 
Setiap jenis ikan memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap white spot. Dari sekian banyak spesies yang ada Botia macracantha merupakan salah satu spesies yang sangat rentan terhadap white spot.

  • Penyebab : Protozoa Ichthyophtirius multifilis yang ganas.
  • Gejala : Seluruh atau sebagian tubuk ikan mas koki tampak dihiasi bintik kecil berwarna putih. Pada infeksi berat, akan kelihatan gejala selaput putih. Ikan merasa gatal dan sering menggosok-gosokan badannya serta berenang kepermukaan dengan sangat lemah.
  • Penanggulangan : Dibuatkan larutan Methylene Blue 1 % ( 1 gram dalam 100 cc air ) kemudian campuran ini diambil 2-4 cc dicampur dengan 4 liter air dan ikan mas koki yang tererang penyakit kemudian direndam didalamnya selama 24 jam. Lakuka pengobatan ulangan sampai ikan sembuh.



Mata Berkabut (Cloudy Eye)

Mata berkabut atau "cloudy eye" ditandai dengan memutihnya selaput mata ikan.  Permukaan luar mata tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih.
Secara umum gejala ini disebabkan oleh kondisi kualitas air yang memburuk, terutama sebagai akibat meningkatnya kadar amonia dalam air.  Apabila gejala mata berkabut terjadi, makah hal yang harus dicurigai terlebih dahulu adalah kondisi air.  Koreksi parameter air hingga sesuai dengan  keperluan ikan yang bersangkutan.  Apabila gejala ini terjadi, sedangkan parameter air dalam keadaan normal, maka terdapat kemungkinan gejala tersebut disebabkan oleh hal lain. 
Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya mata berkabut adalah:
  • Infeksi sekunder, menyusul terjadinya kerusakan fisik pada mata.
  • Produksi lendir berlebihan, biasanya sebagai akibat reaksi terhadap infestasi protozoa parasit (penyakit selaput lendir kulit); kualitas air yang memburuk (amonia, nitrit, dan nitrat); nilai pH yang tidak sesuai; keracunan (klor/kloramin); atau akibat pemberian perilakuan pengobatan yang tidak sesuai.
  • Diplostomum (fluke pada mata).  Dalam kasus ini bagian mata yang memutih adalah lensanya, bukan permukaan luar mata.
  • Infeksti bakteri eksternal
  • Kekurangan vitamin, khususnya vitamin A, B, dan C. 
Gejala mata berkabut bisa juga disertai dengan Exophtahlmia  (Pop Eye/Mata menonjol), malaise, atau iritasi.
Perawatan dan pemulihan mata berkabut hendaknya mengacu pada penyebab yang menimbulkannya.  Oleh karena itu, carilah dan coba indentifikasi  dengan seksama kemungkinan penyebabnya sebelum melakukan tindakan pemulihan.

Kutu Air (Argulus)

Argulus atau kutu ikan merupakan parasit ikan dari golongan udang-udangan keluarga Branchira.  Parasit ini masuk ke dalam akuarium biasanya melalu pakan hidup.  Diketahui ada sekitar 30 spesies Argulus. Dua diantaranya, yang erat kaitannya dengan akuarium, adalah Argulus foliatus dan Argulus japonicus 

Sifat parasitik Argulus cenderung temporer.  Mereka mancari inangnya secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan atau bahkan meninggalkannya.  Argulus diketahui dapat berahan selama beberapa  hari diluar tubuh ikan.  
Argulus menempel pada ikan dengan menggunakan alat penghisap khusus.  Selanjutnya binatang ini akan menancapkan mulut jarumnya pada tubuh ikan untuk menyuntikan anti koagulan darah.  Baru kemudian parasit tersebut mengkonsumsi darah dari inangnya. 

Argulus biasanya kawin dalam air terbuka. Argulus betina dapat menghasilkan 100 butir telur atau lebih yang ditempelkannya pada permukaan benda padat.  Telur akan menetas dalam waktu 25 hari. Masing-masing telur pada umumnya menetas pada waktu yang berbeda.  Larva Argulus dengan ukuran 0.6 mm bersifat planktonik sebelum akhirnya menyerang ikan.  Larva ini akan berganti kulit selama 8 kali sebelum mencapai dewasa dengan ukuran 3 - 3.5 mm. Hal ini berlangsung dalam waktu 5 minggu.
Tingkat serangan Argulus sangat tergantung pada ukuran ikan dan jumlah individu parasit yang menyerang.  Meskipun demikian,  sering tidak menimbulkan ancaman kematian pada ikan yang bersangkutan.  Akan tetapi luka yang ditimbulkannya dapat  menjadi rentan fterhadap serangan jamur dan bakteri. 
Pada serangan yang sangat parah ikan dapat kehilangan banyak darah, atau juga mengalami stres osmotik akibat luka-luka yang menganga sehingga tidak tertutup kemungkinan pada serangan yang sangat parah dapat menyebabkan kematian.  Argulus diketahui dapat pula menjadi vektor penyakit lainnya

Tanda-tanda Serangan
Argulus melukai kulit dalam rangka mendapatkan darah korbannya sehingga sering menimbulkan memar merah pada bekas "gigitannya".  Selain dengan tanda ini, kehadiran parasit itu sendiri dapat mudah dilihat dengan mata telanjang berupa mahluk transparan berbentuk bulat mendatar dengan diameter 5 - 12 mm.  Sepasang bintik mata dapat dilihat dibagian kepalanya (Gambar 1).
Ikan yang terjangkit akan menjadi gelisah, meluncur kesana kemari, atau terkadang melompat keluar dari permukaan air; serta menggosokan badannya pada dasar akuarium atau dekorasi dan benda lainnya. Serangan yang parah bisa menyebabkan ikan manjadi malas , kehilangan nafsu makan, dan warna beruabah mejadi opak sebagai akibat produksi lendir yang berlebihan. 
Pencegahan dan Pengobatan

Senyawa organfosforus diketahui efektif dalam menghilangkan Argulus. Alternatif lain adalah dengan perendaman jangka pendek dalam luratan standar formalin (37-47 %) sebanyak 0.125 mg/liter air selama satu jam atau dalam larutan kalium permanganat dengan dosis 10 mg/liter selama 30 menit.  Lakukan aerasi selama proses perendaman dilakukan.
Apabila parasit hanya dijumpai dalam jumlah sedikit maka pengambilan secara fisik bisa dilakukan dengan menggunakan pincet. Luka yang ditinggalkan selanjutna dibubuhi antiseptik.  Cara ini akan efektif apabila kemudian ikan dipindahkan ake tempat lain yang bebas benih Argulus.  Karenat tidak tertutup kemungkinan akuarium tempak ikan tersebut semula telah tercemar olah benih  atau larva argulus.
Lakukan karantina pada pakan hidup yang diambil langsung dari alam untuk mencegah terjangkitnya akuarium oleh Argulus.   Begitu terhadap dekorasi berupa batu potongan kayu, atau tanaman yang diambil dari perairan bebas.

Jamur ( Saprolegniasis)

  • Penyebab : Jamur yang muncul keyika suhu dingin.
  • Gejala : Tubuh ikan tampak seperti diselimuti kapas. Bagian yang diserang biasanya kepala, tutup insang dan sirip.
  • Penanggulangan :  Ikan Mas Koki yang terserang penyakit direndam dalam larutan Malachite Green dengan dosis 3 gr/m3 air selama 20 menit.
Infeksi jamur pada ikan dalam akuarium biasanya disebabkan oleh  jamur dari genus Spaprolegnia dan Achyla.  Jamur biasanya  hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai akibat luka atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu  oleh kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisik maupun kimia.   Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi jamur. Pada saat ini,  dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah.
Beberapa jamur diketahui juga menyerang bagian dalam jaringan tubuh ikan.  Icththyophonus, misalnya diketahui sebagai jamur sistemik yang menyerang ikan.   Icththyophonus dapat menginfeksi bagian organ tubuh ikan dan menimbulkan gupalan (nodul) yang mirip seperti terjadi pada kasus TBC ikan.   Untuk serangan jamur sistemik ini belum tersedia obat yang dijual secara komersial.  Meskipun demikian, perendaman dengan Malachite Green diketahui dapat menyembuhkan serangan jamur sistemik.

Saprolegnia.
Saprolegnia merupakan genus jamur yang termasuk dalam kelas Oomycetes.  Dalam akuarium, jamur ini kerap dipakai sebagai nama umum untuk serangan jamur yang menyerupai kapas pada permukaan tubuh ikan.  Pada kenyataannya banyak genus dari Oomycetes yang dapat menyebabkan infeksi jamur pada ikan, diantaranya adalah Achyla.
Saprolegnia atau dikenal juga sebagai "water molds" dapat menyerang ikan dan juga telur ikan.  Mereka umum dijumpai pada air tawar maupun air payau.  Jamur ini dapat  tumbuh pada selang suhu 0 - 35 °C, dengan selang pertumbuhan optimal 15 - 30 °C.  Pada umumnya,  Saprolegnia akan menyerang bagian tubuh ikan yang terluka, dan selanjutnya dapat pula menyebar pada jaringan sehat lainnya.  Serangan Saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, atau kadar amonia tinggi, dan kadar bahan organik tinggi.  Kehadiran Saproglegnia sering pulang disertai dengan kahadiran infeksi bakteri Columnaris, atau parasit eksernal lainnya. 

Tanda-tanda penyakit
Kehadiran Saprolegnia biasanya ditandai dengan munculnya "benda" seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat, pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan.  Apabila anda sempat melihatnya di bawah mikroskop maka akan tampak jamur  ini seperti sebuah pohon yang bercabang-cabang.

Pencegahan dan Perawatan
Serangan Saprolegnia dapat dihindari dengan melakukan perawatan yang baik terhadap kondisi akuarium, terutama dengan  menjaga kualitas air selalu dalam kondisi optimal, hindari pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi untuk mencegah terjadinya luka, dan selalu menjaga ikan agar mendapat gizi yang memadai.  Apabila gejala serangan Saprolegnia ditemukan, segera lakukan evaluasi kualitas air akuarium anda dan lakukan koreksi yang diperlukan. Apabila kondisi serangan pada ikan parah, lakukan pengobatan. Selain dengan fungisida khusus ikan, perlakuan dengan PK, formalin dan povidone iodine dapat pula mengobati serangan Saprolegnia.

Lernaea ( Cacing Jangkar ) Part II


Hampir semua jenis ikan air tawar dapat terserang oleh Lernaea ( Cacing Jangkar ) ini, terutama pada musim pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang umumnya mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat adanya cacing jangkar yang menempel. Pencegahan terhadap serangan cacing jangkar dapat dilakukan dengan melakukan pengeringan kolam, menyaring air sebelum dialirkan ke kolam atau menggunakan bahan kimia untuk membasmi cacing jangkar pada stadium nauplius dan copepodid.

Upaya pengendalian terhadap serangan Lernaea ( Cacing Jangkar ) dewasa sulit dilakukan, karena cacing ini memiliki kulit khitin yang tahan terhadap pengaruh senyawa kimia. Penggunaan gunting cukup efektif untuk memberantas cacing jangkar dewasa. Guntinglah bagian tubuh cacing jangkar yang menempel pada tubuh ikan dan segera dimus­nahkan dengan cara mengubur atau membakarnya, sedangkan bagian kepalanya dibiarkan tinggal di dalam tubuh ikan. Untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder, ikan direndam dalam larutan tetrasiklin 250 mg per 500 liter air selama 2 – 3 jam. Proses perendaman ini dapat diulangi selama 3 hari berturut-turut.

Pengendalian cacing jangkar dengan senyawa kimia dapat juga dilakukan dengan merendam ikan yang terserang dalam larutan bro­mex 0,12 – 0,15 ppm. Caring jangkar pada stadium copepodid dapat dibunuh dengan merendam ikan yang terserang ke dalam larutan dipterex 0,25 ppm selama 4 – 6 jam. Perendaman dengan larutan NaCl dan PK cukup efektif, namun ka­rena dosisnya berada sedikit di bawah konsentrasi lethal bagi ikan, cara ini jarang digunakan.

Berikut ini beberapa cara untuk mengendalikan parasit Lernaea pada ikan yang terserang :
  • Pengendapan dan penyaringan air masuk
  • Pemusnahan ikan yang terinfeksi dan pengeringan dasar kolam yang diikuti dengan pengapuran agar tidak terjadi infeksi kepada ikan lain
  • Insektisida organofosfor seperti trichlorfon,untuk copepodid 8-9 hari pada suhu 27oC ditreatmen setiap 7 hari untuk menjaga reinfeksi sampai semua betina dewasa mati (dalam 30 hari pada 27oC). Trichlorfon 0,25 ppm membunuh stadia copepodid tetapi tidak untuk nauplius dan dewasa
  • Bromex 0,12-0,15 ppm membunuh nauplius dan copepodid
  • Malathion 0,01-12% 3 kali dalam 10 hari
  • Lindan  0,16 ppm seminggu sekali dalam 4 minggu dan treatmen terakhir 0,16 trichlorfon dalam 5 minggu
  • Dimilin 0,03 ppm bisa juga mengendalikan L. cyprinacea

Lernaea ( Cacing Jangkar ) Part I

Lernaea ( Cacing Jangkar )
  • Penyebab :  Parasit yang menmpel dan menusuk seperti jarum. Menembus tutup insang, badan, sirip dan mata.
  • Gejala : Terlihat ada luka di sekitar tempat yang diserang.
  • Penanggulangan : Pengobatan dilakukan dengan menggunakan Dipterex atau Sumition 50EC dengan dosis 1cc/M3air. Atau dengan merendam mas koki yang sakit selama 10 menit dalam larutan formalin dengan dosis 250 mg formalin : 100 liter air.perendaman di ulang tiga kali selama tiga hari. Untuk memberantas mata rantai penyakit, rendam juga akuarium dalam larutan Tetracyclin dengan dosis 250 mg Tetracyclin :  250 liter air sekurangnya 5 jam. Ulangi tiga kali dalam tiga hari.
 L. cyprinaceae adalah sejenis udang renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan cacing jangkar (anchorworm). Dengan perantaraan organ inilah cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan.

Selama hidupnya, cacing jangkar mengalami tiga kali perubahan tubuhnya, yaitu nauplius, copepodid dan bentuk dewasa. Lamanya satu siklus hidup tergantung dari temperatur lingkungan, di Indonesia, umumnya mencapai 21 – 25 hari.

Pada stadium copepodid, cacing jangkar ini hidup di sekeliling tubuh ikan dan menggigit kulit/lendir ikan. Pada stadium ini, cacing tersebut sangat peka terhadap beberapa jenis obat-obatan. Memasuki stadium dewasa, cacing ini cacing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stadium cyclopoid dan stadium dewasa. Selama stadium cyclopoid, lernea hidup di sekeliling tubuh ikan dan juga tidak tahan terhadap pengaruh obat-obatan. Cacing jangkar betina akan menusukkan ke­palanya ke jaringan kulit/daging ikan. Pada bagian yang ditusuk akan terlihat luka dan membengkak, namun karena ukurannya masih ter­lalu kecil, agak sulit untuk melihatnya dengan mata biasa. Individu dewasa sudah dapat dilihat dengan mata biasa. Bagian tubuhnya yang terdapat di luar tubuh ikan akan tampak membesar, karena mempunyai sepasang kantung telur. Jika telurnya menetas, maka nauplius akan berenang keluar dari dalam kantung untuk mencari ikan.

Penyakit dan Penanggulangan Pada Ikan Mas Koki

Penyakit bisa timbul akibat salah pemeliharaan pada ikan mas koki . Ikan mas Koki yang mati sebenarnya bukan karena lemah tetapi lebih banyak akibat kesalahan dalam perawatan terutama masalah air Misalnya , air yang tercemar amoniak , kurang oksigen, dan lama tidak diganti akan mengganggu kesehatan ikan. Pengaturan Air yang tepat diantaranya dengan penggunaan Filter akan membuat suasana akuarium bersih dan nyaman bagi ikan.

Pengamatan terhadap penyakit harus dilakukan setiap hari dengan menyelidiki adakah koki yang mengalami perubahan sikap. Bila ada, amati gejala yang tampak di permukaan tubuh ikan. Pada banyak, parasit dapat terlihat jelas, misalnya penyakit yang menempel pada bagian tubuh ikan seperti berlendir atau bahkan sisiknya berdiri dan badannya menjadi kasar.

Selanjutnya Insang  bias diperiksa. Insang pada ikan koki yang sakit bias mengkibatkan perubahan warna, membiru,hitam,atau bahkan menjadi pucat. Kadang-kadang tampak parasit ditubuhnya.

 Jenis jenis Penyakit yang biasa terjadi pada ikan hias mas koki:
  1. Lernaea ( Cacing Jangkar )
  2. Jamur ( Saprolegniasis)
  3. Kutu Air (Argulus)
  4. Mata Berkabut (Cloudy Eye)
  5. Bintik Putih ( White Spot )